Menciptakan Budaya Positif

(Tugas Modul 1.4. Budaya Positif, Koneksi Antar Materi)

Sebagia seorang guru yang telah mengajar lebih dari 12 tahun, saya memahami bahwa perkembangan budaya, teknologi informasi dan lingkungan harusnya sangat mempengaruhi cara saya  melaksanakan proses belajar mengajar didalam kelas. Selain perihal bagaimana menjalankan Kegiatan belajar mengajar yang efektif, serta bagaimana menoptimalisasikan potensi peserta didik, sabagai seorang guru juga saya sangat akrab dengan bagaimana seharusnya proses disiplin itu diajarkan dan dibudayakan ke peserta didik.

Pemaknaan kata disiplin sering saya sandingkan dengan kata patuh pada aturan, mengikuti arahan dan petunjuk, bahkan penghargaan dan hukuman. Pada beberapa kasus, hal tersebut menunjukkan perkembangan positif, tapi pada beberapa kejadian, pengalaman saya mengajarkan bahwa pemaknaan kata disiplin seperti yang saya lakukan tersebut kadang tidak memberikan dampak positif. Contoh sederhananya adalah perihal buang sampah pada tempatnya, yang kebanyakan anak hanya melakukan jika berada dibawah pengawasan, tetapi tidak membudaya dan mengabaikan hal tersebut jika tidak ada pengawasan atau rambu-rambu untuk hal itu. Motivasi ekstrinsik setidaknya masih sangat dominan dari apa yang saya maknai sebagai sikap disiplin dari peserta didik saya selama ini.

  1. Disiplin Positif

Pemahaman baru saya dapatkan ketika mengikuti program pendidikan Calon Guru Penggerak angkatan ke-9 ini, terutama tetang topik disiplin positif. Cara pandang saya tentang bagaimana menciptakan disiplin Positif menjadi lebih bervariasi dan mungkin sedikit berbeda. Pada Modul 1.4. tentang Budaya positif, kami Calon guru penggerak angkatan 9 mempelajari bahwa,dalam konteks pendidikan disiplin positif adalah pendekatan untuk mendidik  anak dengan menekankan hubungan postif, mengajarkan ketrampilan dan mendorong perilaku positif. Disiplian positif tidak menggunakan hukuman atau penghargaan untuk mengubah perilaku, tetapi menekankan bagiaman anak memahami mengapa perilaku tertentu tidak dapat diterima dan berperilaku lebih baik dimasa depan. Dan Standar tidak dapat diterima atau dapat diterima adalah nilai-nilai kebajikan yang berlaku universal.

  • Teori Motivasi, penghargaan dan Hukuman

Disiplin positif, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sangat erat kaitannya dengan motivasi apa yang akan dikembangkan untuk sebuah “kepatuhan”. Secara umum ada 2 motivasi yang melandasi tindakan, termasuk “kepatuhan” akan sebuah nilai dari peserta didik, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Dimana saya diajarkan bahwa untuk mengembangkan disiplin positif sangat baik jika itu didasarkan pada motivasi intrinsik dari peserta didik dan bukan motivasi ekstrinsik. Penghargaan atau hukuman cenderung tidak akan membuat perubahan signifikan pada tingkat disiplin peserta didik, jika tidak dibarengi dengan motivasi yang muncul dari dalam diri peserta didik itu sendiri.

  • Keyakinan kelas

Salah satu cara menumbuhkan budaya positifi disekolah adalah dengan membuat keyakinan kelas dan bukan peraturan kelas. Keyakinan kelas adalah nilai – nilai kebaikan universal yang disepakati bersama dan dilaksanakan bersama dengan penuh tanggung jawab oleh semua warga kelas. Lingkup untuk membuat sebuah keyakinan bersama-sama juga dapat diterapkan disekolah, namanya keyakinan sekolah.

  • Kebutuhan Dasar Manusia

Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam membentuk disiplin positif adalah faktor kebutuhan dasar manusia, dimana kami diajarkan bahwa kebutuhan dasar manusia itu antara lain :

  • Kebutuhan Fisiologi atau kebutuhan bertahan hidup
  • Kebutuhan akan rasa aman
  • Kebutuhan akan kasih sayang
  • Kebutuhan akan penghargaan
  • Kebutuhan aktualisasi diri

Murid sebagai manusia juga memiliki kebutuhan yang sama dengan manusia dewasa lainnya. Hal ini yang harus diperhatikan dalam mengembangkan disiplin positif.

  • Posisi Kontol Guru

Sebagai seorang pendidik yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan menjadikan pendidikan sebagai sarana untuk menoptimalkan potensi kodrat anak yang berkesuaian dengan kodrat zaman dan kodrat alam, maka guru harus memiliki kemampuan menempatkan diri dalam melaksanakan disiplin positif. Pada modul 1.4. ini kami belajar bahwa sebagai guru, kita memiliki bebepara posisi kontrol untuk menerapkan disiplin positif, posisi kontrol itu antara lain :

  1. Penghukum
  2. Pembuat rasa bersalah
  3. Teman
  4. Pemantau
  5. Manejer

Kemampuan untuk memilih posisi kontrol yang tepat dapat membuat budaya positif terutama disiplin positif, berjalan dengan baik.

  • Segitiga Restitusi

Restitusi adalah salah satu bagian dari disiplin postif dalam rangka mengembangkan budaya positif disekolah. Pada modul 1.4. ini kami diajarkan tentang model segitiga restitusi dalam rangka penerapan disiplin positif. Secara umum, segitiga restitusi itu adalah :

  1. Menstabilkan identitas
  2. Validasi tindakan yang salah
  3. Menanyakan Keyakinan.

Segitiga restitusi ini dilaksanakan jika terjadi pelanggaran terhadap keyakinan kelas.

Setelah mempelajari modul ini, saya berusaha untuk melakukan aplikasi pada lingkungan tempat saya mengajar, walaupun belum ada data yang menunjukkan tingkat keberhasilan mengembangkan budaya positif ini, tapi setidaknya saya bisa merasakan sedikit perubahan dari keinginan peserta didik untuk belajar, setidaknya mereka masuk kelas dengan senyum yang lebih lebar dari biasanya

About mpang

Arpan Parutang ...that's all..

Posted on Oktober 18, 2023, in Umum. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar