Pengambilan Keputusan Berbasis nilai-nilai kebajikan


Aksi Nyata modul 3.1

Pada aksi nyata modul 3.1. kali ini, saya mengangkat kasus yang terjadi di sekolah saya. Kasusnya adalah sebagai berikut (tentu saya nama yang digunakan adalah nama samaran) :

Nandi, salah seorang siswa kelas X RPL SMK Negeri 1 Kotamobagu mendapat panggilan untuk mengikuti Training Camp untuk tim sepakbola provinsi Sulawesi Utara dalam rangka persiapan kegiatan Pekan Olahraga Nasional Tahun 2024. Kegiatan Training Camp akan dilaksanakan selama 3 minggu di luar daerah, tepatnya di kabupaten talaud yang tidak memungkinkan siswa tersebut untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar secara normal. Pak Heru sebagai kepala program keahlian RPL merasa dilema apakah akan mengijinkan Nandi untuk ikut kegiatan Training Camp atau tidak, karena kegiatan tersebut membutuhkan waktu lama sehingga tidak memungkinkan Nandi memenuhi persyaratan kehadiran pada kriteria ketuntasan belajar, tapi disatu sisi, kegiatan Training Camp tersebut adalah salah satu bentuk optimalisasi kemampuan siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan menurut KHD, yaitu menuntun kodrat anak. Pak Heru mengkonsultasikan hal ini kepada kepala sekolah. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, apa keputusan Kepala Sekolah yang baik untuk siswa tersebut ?

Analisa Kasus :

  1. Paradigma etika yang terjadi adalah Rasa keadilan lawan rasa kasihan dan jangka pendek versus jangka panjang.
  2. Prinsip yang digunakan adalah Berpikir berbasis rasa peduli (care based thinking), berbasis hasil akhir (end based thingking), berbasis aturan (rule based thingking).

9 Langkah Pengambilan Keputusan :

  1. Mengenali bahwa ada nilai – nilai yang bertentangan, dimana dalam hal ini nilai yang bertentangan adalah nilai kasih sayang dan nilai tanggung jawab
  2. Menentukan yang terlibat dalam kasus ini, dimana dalam kasus ini yang terlibat adalah kepala sekolah, Pak Heru sebagai kepala Program Keahlian RPL, guru-guru mata pelajaran, orang tua siswa dan siswa yang bersangkutan

3.  Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan, antara lain :

  1. Siswa tersebut berprestasi dalam bidang olahraga dan dapat mengharumkan nama sekolah.
  2. Salah satu syarat ketuntasan belajar adalah jumlah kehadiran siswa harus diatas 70%
  3. Akan ada mata pelajaran yang tidak akan tuntas jika mengikuti kegiatan Training Camp selama 3 minggu.
  4. Ada lebih dari 10 mata pelajaran yang harus tuntas pada kelas tersebut.

4.  Pengujian Benar atau salah :

  1. Uji legal, dimana secara legal kedua kegiatan itu tidak melanggar peraturan, baik itu kegiatan Training Camp maupun mengikuti aturan kesepakatan akademik tentang batas prasyarat kehadiran pada KBM.
  2. Uji regulasi, dimana secara regulasi jika siswa ketidakhadiran siswa dalam proses KBM lebih dari 30% maka siswa tersebut tidak memenuhi kriteria ketuntasan belajar. Atau jika dipaksakan penuhi kehadiran di atas 70%, murid kehilangan momen pencapaian kompetensi maksimal di event tersebut sehingga bertentangan dengan keberpihakan pada murid dalam merdeka belajar
  3. Uji Intuisi, dimana secara intuisi, siswa dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru pada saat mengikuti Training Camp atau di waktu yang lain dalam 1 fase
  4. Uji halaman depan koran, dimana jika keputusan masing-masing dapat memberikan dampak publikasi yang menarik sebagai promosi bagi sekolah terhadap pendidikan yang berpusat pada murid selebihnya diatur oleh sekolah.
  5. Uji Keputusan Panutan/idola, dimana keputusan yang diambil dapat mencontoh bagaimana perguruan tinggi di Amerika Serikat memberikan beasiswa kepada para calon mahasiswanya. Para calon mahasiswa tidak hanya dapat memperoleh beasiswa berdasarkan kemampuan akademik, tapi juga dapat memperoleh beasiswa dari kemampuan olahraga. Jadi situasi ini dipahami sebagai sesuatu yang harus di support oleh sekolah.

5.  Pengujian paradigma benar atau benar , dimana dalam kasus ini baik keputusan untuk mengizinkan siswa mengikuti Training Camp adalah benar karena itu memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan potensi dirinya, dan juga melarang siswa untuk itu Training Camp adalah tindakan benar, dimana tujuannya siswa tersebut dapat memenuhi kriteria ketuntasan belajar.

6. Prinsip pengambilan keputusan yang digunakan adalah berpikir berbasis rasa peduli dan berpikir berbasis hasil akhir.

7.  Investigasi opsi Trilemma. Pada kasus ini opsi keputusan yang dapat dibuat adalah mengijinkan siswa untuk mengikuti Training Camp dengan resiko ketidakhadiran dalam memenuhi KBM reguler… atau melarang siswa mengikuti Training Camp, sehingga siswa tersebut dapat memenuhi kehadiran pada KBM reguler. Opsi ketiga yang mungkin adalah Tetap mengizinkan siswa mengikuti Training Camp, dan memperbolehkan siswa mengerjakan tugas secara asinkronus.

8.  Buat Keputusan. Dimana keputusan yang dibuat adalah dengan tetap mengizinkan siswa mengikuti Training Camp, dengan catatan siswa tersebut harus dapat menyelesaikan tugas-tugas dari guru mata pelajaran secara asinkronous.

9.  Meninjau ulang keputusan dan merefleksikannya. Dimana setelah ditinjau kembali, menurut kami ini adalah jalan tengah yang baik, dimana siswa tetap dapat mengembangkan potensi dirinya dibidang olah raga dengan mengikuti Training Camp, dan guru mata pelajaran tetap dapat berbuat adil karena kriteria kehadiran pada kegiatan belajar dapat terpenuhi dengan model pembelajaran asinkronous.

Hal menarik yang ditemui saat menganalisa kasus ini antara lain :

  1. Masih banyak guru yang memiliki ego mata pelajaran, dimana siswa dipaksa untuk harus menguasai mata pelajaran yang bersangkutan secara maksimal.
  2. Seharusnya guru dapat lebih kreatif membuat model asesmen kepada siswa yang memiliki kemampuan khusus di bidang lain diluar mata pelajarannya.
  3. Khusus dibidang olahraga, pemerintah seharusnya membangun sekolah-sekolah khusus olahraga, sehingga distribusi mata pelajaran wajib nasional dan mata pelajaran pilihan lebih terkoordinasi dengan baik, tanpa merugikan siswa

Dilema keputusan


Koneksi Antar Materi Modul 3.1.

Dalam lingkungan pendidikan, membuat keputusan adalah hal yang sangat-sangat penting untuk diperhatikan. Keptusan oleh seorang pendidik, baik itu untuk dirinya maupun untuk lingkungan akan sangat berpengaruh pada orang lain, terutama siswanya. Tujuan pendidikan seperi yang diajarkan oleh KHD yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak kita, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi- tingginya, adalah inti dari keputusan yang dibuat oleh seorang pendidik.

Pada modul 3.1. kita diajarkan tentang dasar pengambilan keputusan yaitu :

  1. Berpihak pada murid
  2. Menjunjung nilai kebenaran
  3. Dapat dipertanggungjawabkan

Serta diajarkan pula prinsip-prinsip berfikir dalam pengambilan keputusan, yaitu berdasarkan hasil akhir, berdasarkan peraturan dan berdasarkan rasa kasih sayang. Modal-modal pengetahuan ini sangat penting untuk menjadi landasan seorang pendidik dalam membuat keputusan.

Masalah yang memerlukan keputusan biasanya terjadi karena 2 hal, yaitu pertentangan etik dan bujukan moral. Biasanya untuk yang bujukan moral, ada salah satu hal yang salah, harusnya pada bujukan moral, keputusan yang dibuat harus didasarkan pada hukum atau peraturan yang berlaku. Sedangkan untuk dilemma etik, masalah memang menjadi mudah, karena hal-hal yang harus diputuskan semuanya mempunya nilai yang benar, hanya saja ada yang harus diputuskan. Layaknya sebuah keputusan, ada yang akan dirugikan walau ada yang dapat menguntungkan semua pihak.

Untungnya, pada modul 3.1. kita diajarkan konsep dan pengujian sebuah keputusan. Konsep tersebut adalah :

  1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertetangan. Jika hal yang bertengan memiliki nilai benar versus salah, maka itu bukan dilemma etika, itu bujukan moral, ikuti yang sesuai aturan.
  2. Menentukan yang terlibat dalam situasi. Hal ini perlu agar kita mengetahuai faktor-faktor apa saja yang harus dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan.
  3. Mengumpulkan fakta yang relevan dengan situasi. Tentu saja ini menjadi penting, karna fakta-fakta baik berupa data maupun narasi bisa menjadi tolak ukur dalam menentukan keputusan dilemma etik nantinya.
  4. Melakukan pengujian, pada tahap ini dimaksudnya untuk lebih mendalami masalah apa yang sedang dihadarpi.
  5. Uji Legal. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah masalah yang dihadapi merupakan bujukan moral atau dilemma etik.
  6. Uji Regulasi/Standar professional, dilakukan untuk mengetahui apakah ada pelanggaran etika professional yang terjadi.
  7. Uji Intuisi, lebih dititik beratkan untuk menguji apakah ada nilai-nilai kebajikan atau nilai-nilai kebenaran yang secara prinsip bertentangan dengan apa yang kita yakini.
  8. Uji Publikasi, dilakukan untuk melihat efek dari masalah terhadap institusi apabila terpublikasi secara luas.
  9. Uji Panutan/Idola, hal ini dilakukan dengan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh panutan kita jika menghadapi masalah yang sama.
  10. Pengujian paradigma benar vs benar. Hal ini penting untuk melakukan pembobotoan masalah. Paradigman yang terjadi pada dilemma etik adalah :
  11. Invidu lawan kelompok
  12. Rasa keadilan lawan rasa kasihan
  13. Kebenaran lawan kesetiaan
  14. Jangka pendek lawan jangka panjang
  15. Melakukan prinsip resolusi untuk menimbang efek yang akan terjadi.
  16. Investigasi Opsi Trilemma. Hal ini penting untuk melihat sudut pandang lain yang dapat menghindarkan dari posisi menang kalah.
  17. Membuat keputusan
  18. Lihat lagi keputusan dan merefleksikan. Langkah ini sangat penting, setidaknya keputusan yang kita buat dapat menjadi acuan untuk kasus-kasus sejenis nantinya.

Dilemma etik terkadang tidak harus dalam putusan menang kalah, ada beberapa pengetahuan yang diperoleh pada pembelajaran sebelumnya terutama masalah coaching, kompetensi sosial emosional dan budaya positif yang bisa kita gunakan agar posisi menang kalah dalam pengambilan keputusan dapat dihindari. Apalagi masalah yang terjadi adalah dilemma etika.

Pada akhirnya, hidup memang tentang membuat keputusan, baik itu untuk diri sendiri maupun untuk lingkungan. Sebagai seorang pendidik, jika memang sebuah dilemma etik terjadi dan sebuah keputusan harus dilakukan, maka memastikan bahwa semua prosedur pengambilan keputusan telah dijalankan adalah langkah wajib, dan jika itu tidak memuaskan semua pihak, maka yang tidak boleh dikorbankan adalah kepetingan murid.

Coaching dalam pembelajaran


Coaching sejatinya adalah salah satu bentuk kolaborasi antar guru dalam hubungan yang setara untuk memecahkan masalah dan mengoptimalkan potensi personal dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran yang efektif dan berorientasi pada optimalisasi potensi peserta didik.
Coaching dalam konteks hubungan sesama guru berfungsi untuk :

  1. Meningkatkan profesionalisme guru. Coaching dapat membantu guru untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuannya, sehingga dapat menjadi guru yang lebih profesional. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan umpan balik, dukungan, dan bimbingan kepada guru.
  2. Menciptakan lingkungan kerja yang positif. Coaching dapat membantu guru untuk saling memahami dan bekerja sama dengan lebih baik. Hal ini dapat dilakukan dengan mendorong komunikasi dan kolaborasi antar guru.
  3. Meningkatkan kepuasan kerja guru. Coaching dapat membantu guru untuk merasa lebih puas dengan pekerjaannya. Hal ini dapat dilakukan dengan membantu guru untuk mencapai tujuan profesionalnya dan mengatasi tantangan yang dihadapinya.

Setidaknya ada 3 kompetensi untama seorang coach dalam proses coaching yaitu :

  1. Hadir secara utuh
  2. Mendengarkan dengan aktif
  3. Mengajukan pertanyaan berbobot

Proses coaching sendiri dapat dilakukan dalam beberapa model, diantaranya alur Tirta, dimana percakapan antara coach dan coachee dilakukan dengan proses menjelaskan tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi dan Tanggung jawab. Selain itu untuk bisa menghasilkan pertanyaan-pertanyaan berbobot, salah satu metode yang digunakan adalah dengan RASA, yang merupakan akronim dari Appreciate atau mengapresiasi, Summarize atau merangkum, Ask atau bertanya. Pertanyaan-pertanyaan yang dihasilkan dari metode RASA ini dapat digolongkan kepada pertanyaan-pertanyaan berbobot.
Sebagai seorang guru, saya otomatis juga harus menjadi coach buat siswa, karana tujuan pembelajaran itu seharusnya mengoptimalkan potensi atau kodrat dari siswa. Dan jika hal ini dihubungkan dengan pembelajaran berdiferensiasi atau kompetensi sosial emosional, maka saat erat kaitannya. Karena fungsi seharusnya kegiatan coaching memang adalah untuk memunculkan potensi peserta didik, dan kegiatan coaching ini harus dilakukan secara diferensiasi serta memiliki kompetensi sosial emosional yang baik.
Sebagai sorang guru dan pemimpin pembelajaran didalam kelas, sudah selayaknya ketrampilan coaching ini dimiliki, karena sekali lagi, tujuan pendidikan itu adalah menngoptimalkan potensi siswa dan coaching adalah salat satu prosesnya.

Pembelajaran Berdiferensiasi


Tugas Koneksi Antar Materi Modul 2.1 Oleh Arpan Parutang

Apa itu pembejalaran berdiferensiasi ? Pembelajaran berdiferensiasi sejatinya adalah menghadirkan pembelajaran yeng memenuhi perbedaan dalam 3 hal yaitu :

  1. Diferensiasi konten
  2. Diferensiasi proses
  3. Diferensiasi produk

Pembelajaran berdiferensiasi bukan berarti membadakan tujuan pembelajaran, atau materi belajar, tapi lebih kearah membedakan pengalaman dan proses belajar yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing murid yang berbeda.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan belajar setiap siswa. Pendekatan ini didasarkan pada pemahaman bahwa setiap siswa memiliki perbedaan, baik dari segi kesiapan belajar, minat, gaya belajar, maupun profil belajar.

Ada tiga hal penting dalam pembelajaran berdiferensiasi, yaitu:

  1. Pemahaman kebutuhan belajar siswa

Guru perlu memahami kebutuhan belajar siswa agar dapat memberikan pembelajaran yang tepat. Kebutuhan belajar ini dapat diidentifikasi melalui berbagai cara, seperti asesmen awal, observasi, dan wawancara.

  1. Penerapan strategi pembelajaran yang beragam

Setelah memahami kebutuhan belajar siswa, guru dapat menerapkan strategi pembelajaran yang beragam. Strategi pembelajaran yang beragam dapat membantu siswa untuk belajar sesuai dengan gaya dan profil belajarnya.

  1. Penilaian yang adil dan otentik

Penilaian yang adil dan otentik dapat membantu guru untuk mengetahui kemajuan belajar siswa. Penilaian ini juga dapat memberikan umpan balik yang berharga bagi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya.

Dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, guru dapat memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar murid. Hal ini dapat membantu murid untuk belajar dengan lebih optimal dan mencapai hasil belajar yang optimal.

Pada modul 2.1. yang membahas tentang pembelajaran berdiferensiasi, semakin terlihat falsafah pendidikan yang telah dipelajari pada modul 1, bahwa pendidikan itu menghampa pada siswa, bahwa tujuan pendidikan itu adalah menoptimalkan potensi siswa, sesuai dengan kodrat alam dan kodrat jaman. Dengan mempelajari bagaimana sebuah pembelajaran berdiferensiasi dilaksanakan, maka nilai dan visi dari seorang guru dapat semakin optimal. Karena sejatinya pengajaran dan pendidikan itu tujuannya hanya untuk siswa.

AKSI NYATA MODUL 1.4


PENDIDIKAN CALON GURU PENGGERAK ANGKATAN 9

Menciptakan Budaya Positif


(Tugas Modul 1.4. Budaya Positif, Koneksi Antar Materi)

Sebagia seorang guru yang telah mengajar lebih dari 12 tahun, saya memahami bahwa perkembangan budaya, teknologi informasi dan lingkungan harusnya sangat mempengaruhi cara saya  melaksanakan proses belajar mengajar didalam kelas. Selain perihal bagaimana menjalankan Kegiatan belajar mengajar yang efektif, serta bagaimana menoptimalisasikan potensi peserta didik, sabagai seorang guru juga saya sangat akrab dengan bagaimana seharusnya proses disiplin itu diajarkan dan dibudayakan ke peserta didik.

Pemaknaan kata disiplin sering saya sandingkan dengan kata patuh pada aturan, mengikuti arahan dan petunjuk, bahkan penghargaan dan hukuman. Pada beberapa kasus, hal tersebut menunjukkan perkembangan positif, tapi pada beberapa kejadian, pengalaman saya mengajarkan bahwa pemaknaan kata disiplin seperti yang saya lakukan tersebut kadang tidak memberikan dampak positif. Contoh sederhananya adalah perihal buang sampah pada tempatnya, yang kebanyakan anak hanya melakukan jika berada dibawah pengawasan, tetapi tidak membudaya dan mengabaikan hal tersebut jika tidak ada pengawasan atau rambu-rambu untuk hal itu. Motivasi ekstrinsik setidaknya masih sangat dominan dari apa yang saya maknai sebagai sikap disiplin dari peserta didik saya selama ini.

  1. Disiplin Positif

Pemahaman baru saya dapatkan ketika mengikuti program pendidikan Calon Guru Penggerak angkatan ke-9 ini, terutama tetang topik disiplin positif. Cara pandang saya tentang bagaimana menciptakan disiplin Positif menjadi lebih bervariasi dan mungkin sedikit berbeda. Pada Modul 1.4. tentang Budaya positif, kami Calon guru penggerak angkatan 9 mempelajari bahwa,dalam konteks pendidikan disiplin positif adalah pendekatan untuk mendidik  anak dengan menekankan hubungan postif, mengajarkan ketrampilan dan mendorong perilaku positif. Disiplian positif tidak menggunakan hukuman atau penghargaan untuk mengubah perilaku, tetapi menekankan bagiaman anak memahami mengapa perilaku tertentu tidak dapat diterima dan berperilaku lebih baik dimasa depan. Dan Standar tidak dapat diterima atau dapat diterima adalah nilai-nilai kebajikan yang berlaku universal.

  • Teori Motivasi, penghargaan dan Hukuman

Disiplin positif, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sangat erat kaitannya dengan motivasi apa yang akan dikembangkan untuk sebuah “kepatuhan”. Secara umum ada 2 motivasi yang melandasi tindakan, termasuk “kepatuhan” akan sebuah nilai dari peserta didik, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Dimana saya diajarkan bahwa untuk mengembangkan disiplin positif sangat baik jika itu didasarkan pada motivasi intrinsik dari peserta didik dan bukan motivasi ekstrinsik. Penghargaan atau hukuman cenderung tidak akan membuat perubahan signifikan pada tingkat disiplin peserta didik, jika tidak dibarengi dengan motivasi yang muncul dari dalam diri peserta didik itu sendiri.

  • Keyakinan kelas

Salah satu cara menumbuhkan budaya positifi disekolah adalah dengan membuat keyakinan kelas dan bukan peraturan kelas. Keyakinan kelas adalah nilai – nilai kebaikan universal yang disepakati bersama dan dilaksanakan bersama dengan penuh tanggung jawab oleh semua warga kelas. Lingkup untuk membuat sebuah keyakinan bersama-sama juga dapat diterapkan disekolah, namanya keyakinan sekolah.

  • Kebutuhan Dasar Manusia

Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam membentuk disiplin positif adalah faktor kebutuhan dasar manusia, dimana kami diajarkan bahwa kebutuhan dasar manusia itu antara lain :

  • Kebutuhan Fisiologi atau kebutuhan bertahan hidup
  • Kebutuhan akan rasa aman
  • Kebutuhan akan kasih sayang
  • Kebutuhan akan penghargaan
  • Kebutuhan aktualisasi diri

Murid sebagai manusia juga memiliki kebutuhan yang sama dengan manusia dewasa lainnya. Hal ini yang harus diperhatikan dalam mengembangkan disiplin positif.

  • Posisi Kontol Guru

Sebagai seorang pendidik yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan menjadikan pendidikan sebagai sarana untuk menoptimalkan potensi kodrat anak yang berkesuaian dengan kodrat zaman dan kodrat alam, maka guru harus memiliki kemampuan menempatkan diri dalam melaksanakan disiplin positif. Pada modul 1.4. ini kami belajar bahwa sebagai guru, kita memiliki bebepara posisi kontrol untuk menerapkan disiplin positif, posisi kontrol itu antara lain :

  1. Penghukum
  2. Pembuat rasa bersalah
  3. Teman
  4. Pemantau
  5. Manejer

Kemampuan untuk memilih posisi kontrol yang tepat dapat membuat budaya positif terutama disiplin positif, berjalan dengan baik.

  • Segitiga Restitusi

Restitusi adalah salah satu bagian dari disiplin postif dalam rangka mengembangkan budaya positif disekolah. Pada modul 1.4. ini kami diajarkan tentang model segitiga restitusi dalam rangka penerapan disiplin positif. Secara umum, segitiga restitusi itu adalah :

  1. Menstabilkan identitas
  2. Validasi tindakan yang salah
  3. Menanyakan Keyakinan.

Segitiga restitusi ini dilaksanakan jika terjadi pelanggaran terhadap keyakinan kelas.

Setelah mempelajari modul ini, saya berusaha untuk melakukan aplikasi pada lingkungan tempat saya mengajar, walaupun belum ada data yang menunjukkan tingkat keberhasilan mengembangkan budaya positif ini, tapi setidaknya saya bisa merasakan sedikit perubahan dari keinginan peserta didik untuk belajar, setidaknya mereka masuk kelas dengan senyum yang lebih lebar dari biasanya

DASAR BOCIL


(Tulisan Seri Kemerdekaan oleh Arpan Parutang)

Henry Pu Yi namanya, kaca mata oval ala Bung Hatta adalah salah satu trend yang sangat ikonik dari kaisar terakhir China ini. Lahir pada 7 Februari 1906, Pu Yi menjadi kaisar termuda kedua dalam sejarah dunia sampai saat ini. Bulan Desember 1908, dimana ia belum cukup berumur 3 tahun, keturunan klan Aisin Gioro ini diangkat menjadi Kaisar ke-12  Dinasiti Qing. Walau penunjukan Pu Yi menjadi kaisar adalah simbol usaha mempertahankan Dinasti untuk berkuasa lebih lama, tapi tetap saja Pu Yi adalah bocil yang diberi kuasa, dan namanya bocil, tingkah Pu Yi-pun tetap saja anak-anak, mungkin yang berbeda adalah ia seorang kaisar, jadi tidak ada yang membantah perintahnya.

Sebagai seorang bocil yang merasa berkuasa, Pu Yi punya track record yang banyak tentang bagaimana cara memperlakukan para pelayan dan kasim dengan kejam. Semua pelayan menuruti perintahnya dan tidak ada yang berani membantah apalagi mengajarkan disiplin dan cara menjadi kaisar. Yang dibenak Pu Yi adalah ia berkuasa, dan saat ia berkata semua harus sesuai dengan inginnya.

Walau tetap diasuh oleh ayahnya, kesewenang-wenangan Pu Yi terhadap para bahawan menjadi salah satu bahan bakar Revolusi Xinhai bergulir cepat, dan tentu saja tuntutan reformasi yang memang sangat gencar saat itu membuat Pu Yi kehilangan kekuasaan. Tepatnya 12 Februari 1912, Pu Yi diberhentikan menjadi kaisar dengan Dekrit Kekaisaran tentang penurunan tahta kaisar Dinasti Qing. Walau demikian Pu Yi tetap diperbolehkan untuk menetap di kota terlarang dan istana musim panas.

Sejatinya Pu Yi masih merasa bahwa ia adalah seorang kaisar, dia belum menyadari bahwa istana yang dia tempati adalah sekaligus penjara untuknya. Pada umur 16 tahun, Pu Yi mengganti namanya menjadi Henry Pu Yi, konon ia terinspirasi oleh Raja Henry ke VIII dari Inggris, walau tentu saja si Bocil tidak sehebat Henry VIII dari Inggris. Pada usia mulai menginjak remaja, akhirnya Henry Pu Yi sadar bahwa ia sejatinya bukan kaisar lagi, tapi hanya menjadi tahanan dalam istana oleh pemerintah Republik China.

Pada februari 1925 Pu Yi bersama tim-nya memanfaatkan kekacauan yang terjadi akibat pergolakan politik di China untuk melarikan diri ke wilayah konsesi Jepang di Tianjin. Ia kemudian mendekati Jepang dan minta diangkat menjadi kaisar lagi dengan wilayah kekuasaan di Manchuria. Jepang kemudian mengabulkan permintaan ini, dan mengangkat Pu Yi menjadi kaisar pada 1 Maret 1932. Keinginan Pu Yi ini sebenarnya ditentang oleh ayahnya sendiri, karena menganggap bahwa Jepang tidak tulus dalam memberikan kekuasaan pada Pu Yi, mereka hanya akan menggunakan Pu Yi sebagai boneka, tapi dasar bocil haus kekuasaan, Pu Yi tetap pada pendiriannya dan melanjutkan kerjasama dengan Jepang, walau ia sadar bahwa dunia sedang bergejolak dan Republik China sedang menuju era perubahan drastis.

Saat menjadi penguasa Manchuria ini, Pu Yi tetap membawa kebiasaan buruknya dalam memerintah. Kehidupan yang mewah ala raja disaat rakyat Manchuria sedang menderita dan kekejaman terhadap pelayannya, ditambah lagi dengan ketidakmampuan untuk memerintah dengan baik, membuat rakyat Manchuria menderita dan semakin membencinya. Sampai akhirnya, jepang kalah dalam perang dunia ke-2 dan wilayah Manchuria jatuh ke tangan Moscow. Pu Yi dan pengikutnya pun ditangkap dan dijadikan tahanan oleh  Uni Soviet.

Akhirnya pada tahun 1950 Pemerintah Uni Soviet menyerahkan Pu Yi dan pengikutnya ke Pemerintah China, yang kemudian mengampuni Pu Yi serta mempekerjakannya di kebun raya Beijing sebagai asisten tukang kebun. Pu Yi tidak dieskusi mati oleh pemerintahan Mao Zedong walau ditetapkan sebagai penjahat perang. Ia dibersihkan dari segala kekuasan dan pemikiran feodal kemudian dipaksa menjadi komunis sejati. Diakhir hidupnya Pu Yi kerap digunakan oleh Mao sebagai bahan pameran kepada pejabat asing yang berkunjung ke China, mungkin untuk pemuas rasa keingintahuan mereka tentang kaisar terakhir China, atau sebagai salah satu bukti bagaimana bocil kejam, arogan,  dan tidak kreatif yang dulunya berkuasa harus berakhir. Ah dasar bocil.

HARI-HARI OMONG KOSONG


(Tulisan Seri Kemerdekaan oleh Arpan Parutang)

Setelah memperoleh 74,51 % suara pada pemilu 29 Mei 1997, Golkar yang kala itu belum menjadi partai politik dengan Ketua Umum Sipil pertama dan paling eksentrik kembali meminta Soeharto untuk menjadi presiden pada periode berikut. 20 Oktober 1997, pada momen peringatan hari ulang tahun Golkar, Ketua Umum eksentrik tersebut menyampaikan pidato panjang lebar untuk meyakinkan Soeharto agar maju kembali menjadi Presiden Republik Indonesia, dan selanjutnya, pasti semua generansi baby boomers, Generasi X, dan generasi milenial yang hanya menikmati TVRI sebagai penyedia jasa layanan siaran televisi, telah dapat menduga apa yang akan dilakukan oleh buzzer paling efisien, efektif dan stylish tersebut lakukan.

Kegiatan Safari Ramadan, Kelompencapir (kelompok pendengan, pembaca, dan pemirsa), sambung rasa, serta  temu kader  yang merupakan ide orisinil dari Mentri Penerangan 3 periode ini segera dilakukan untuk meyakinkan Soeharto bahwa usulan presiden periode ke-7 itu adalah murni keinginan sebagian besar rakyat.  “Bapak Soeharto masih pantas memimpin negara ini dan rakyat mengharapkan Bapak Soeharto untuk bersedia menjadi presiden berikutnya”, kata beliau saat bertemu Presiden Soeharto jelang pemilihan presiden 1998. Konon kabarnya Presiden Soeharto semula tidak ingin mencalonkan lagi sebagai presiden periode ke-7. Dalam beberapa kesempatan ber-sambung rasa dengan masyarakat, Soeharto selalu meminta pembantunya untuk menyelidi apakah rakyat masih menginginkan dirinya menjadi presiden lagi atau tidak. Dan akhir cerita, seperti yang sudah tertulis dalam takdir, usaha Ketum Golkar itu pun berhasil.

Sebagai ketua DPR/MPR pada 11 Maret 1998, beliau menetapkan Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia periode 1998 – 2003, dengan palu yang patah pada saat diketuk dan patahan kepala palu terlempar ke meja jajaran depan anggota DPR/MPR dimana Siti Hardianti Rukmana, Putri Soeharto, duduk. Ironinya, 70 hari berikut, Soeharto menyatakan mundur dari jabatan Presiden, salah satunya karena desakan dari Ketua Umum Golkar yang getol memintanya untuk maju mencalonkan diri lagi. Hampir mirip saat Amin Rais membujuk Gusdur untuk jadi presiden dengan poros tengahnya, tapi kemudian menjadi motor penggerak pelengseran Gusdur pada 2001. Dalam politik, benar-benar tidak ada kawan dan lawan abadi. Jubir klimis, Mentri Penerangan 3 periode, Mentri Urusan Khusus dan Ketua Umum Golkar sipil pertama tersebut bernama Harmoko.

Jika kata buzzer sudah populer pada  periode 70-an, maka Harmoko adalah buzzer terkeren yang dimiliki pemerintah. Dengan tatanan kata yang jelas, detail, menarik, dan eksentrik, Harmoko berhasil memoles citra pemerintahan Soeharto menjadi sesuatu yang sangat positif pada saat itu. Ide Kelompencapir, dimana Soeharto berbicara tentang pertanian dan kemasyarakat secara detail dengan angka dan data yang entah akurat atau dibuat-buat, adalah salah satu yang paling keren pada masanya. Harmoko biasanya memulai penjelasan dengan “atas petunjuk bapak presiden….”, untuk menyampaikan informasi  pemerintahan secara sangat detail.

Sebagai seorang mentri, beliau bahkan hapal berapa harga Kol Gepeng, Cabe Rawit Hijau, Cabe Merah dan lain-lain setiap harinya.  Dalam kurang lebih  14 tahun berkedudukan sebagai mentri penerangan, Harmoko sangat efisien dan efektif menjadi juru bicara pemerintah. Kemampuan menyatakan semua terkendali, aman dan lancar dengan bahasa yang fasih, detail dan sadar kamera, telah mengantarkan Harmoko menjadi Ketua Umum Golkar non  militer pertama dan berhasil membawa golkar menjadi pemenang pemilu terkahir kalinya.

Sebagai seorang yang fleksibel dan luwes, Harmoko tahu, ada banyak pihak yang meragukan informasi lipstick yang ia berikan. Banyak pihak yang memelintir namanya menjadi hari-hari omong kosong, tapi buat Harmoko itu bukan masalah. “Bisa saja hari-hari omong koperasi, hari-hari omong komunikasi, nggak ada beban buat saya,” ujarnya terkekeh, seperti pada berita yang dimuat oleh kumparan.com tanggal 19 Mei 2017. Beliau tetap santai menanggapi kritik padanya, yang penting tetap “menurut petunjuk bapak presiden..”.

Sebagai bagian dari sedikit orang non militer yang berada pada lingkar satu pemerintahan Soeharto yang militeristik, Harmoko adalah fenomena menarik bagaimana kefasihan berbicara dan ketrampilan memutarbalikkan fakta untuk memoles citra pemerintah adalah salah satu ketrampilan yang sangat berharga. Kelihaian Harmoko membaca situasi dan menyesuai dengan kondisi membuatnya tidak jatuh bersama dengan pemerintahan Soeharto. Konon kabarnya, selain Habiebie, Harmoko-lah orang yang dianggap penghianat oleh keluarga cendana, karena beliau yang menjebak Soeharto untuk mencalonkan diri lagi menjadi presiden atas nama rakyat, tapi beliau juga yang meminta Soeharto untuk mundur atas nama rakyat. Entah rakyat yang mana, tapi dengan mengatas namankan rakyat, Harmoko berhasil mencapai karir gemilang pada masa orba dan selamat dari gugatan hukum pada masa reformasi. Licin, lincah dan oportunis. Apakah ini terdengar familiar ? mungkin ia, karena ada banyak orang yang tidak bernama Harmoko, tapi demi jabatan, karir dan popularitas rela untuk omong kosong tiap hari.

LURAH KORUP (Tulisan seri kemerdekaan oleh Arpan Parutang)


“Tetapi, orang tak bisa berkhianat selamanya dan dalam segala hal. Bisakah engkau jahat dalam segala hal?,” Pramudya Ananta Toer dalam Novel Perburuan

Korupsi adalah penghianatan terbesar dalam merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Korupsi dalam bentuk apapun dan oleh siapapun adalah akar kehancuran dan perpecahan dalam berbangsa dan bernegara. Sayangnya, budaya korup ini bukan cerita baru di negara kita, sebab sebelum kemerdekaan diproklamirkan oleh Soekarno-Hatta, kisah korup telah ada pada para pejabat pribumi pilihan VOC maupun Belanda.

Menurut Lord Acton “power tends to corrupt absolute power corrupt absolutely”, memang merupakan akar dari segala masalah korupsi ini, dalam segala bentuk, baik itu korupsi nyata berupa harta, tahta dan senggama, atau korupsi semu seperti waktu dan pengaruh. Menurut Emha Ainun Najib,seperti yang dikutip oleh Erlina Wiyanarti dalam jurnalnya yang berjudul “Korupsi pada masa VOC dalam Multiperspektif”, bahwa sangat tidak mudah mengambil keputusan apakah korupsi adalah hanya milik para koruptor ataukah milik kita bersama,Betapa tidak, kasus bisa muncul dari mulai tataran kepala desa hingga wilayah parlemen yang terhormat bahkan dari lembaga yang dimuliakan yang diharapkan sebagai institusi pahlawan penjaga gawang terakhir keadilan, Mahkamah Agung Republik kita tercinta ini , tidak luput dari virus yang bernama korupsi. Dan kata kunci dari subjek pelaku korup, jika menukil pendapat Lord Acton, adalah power, atau setidaknya orang yang memilikinya.

Menurut Emha Ainun Najib, pemilik power terendah dalam tatanan masyarakat sipil seperti di Indonesia adalah Kepala Desa/Kelurahan yang cenderung memiliki kemampuan untuk korup. Pendapat ini tidak berlebihan karena berita dan fakta yang dapat dengan mudah diakses tentang perilaku korup pada pejabat penanggung jawab wilayah terendah ini, apalagi dengan adanya Dana Desa, dan program Dana Kelurahan yang dirancang oleh pemerintah. Data Indonesian Corupption Watch (ICW) bahwa pada tahun 2021, setidaknya korupsi Dana Desa tercatat member kerugian negara sebesar Rp.233 Milyar dalam 154 kasus korupsi. Ini belum termasuk kasus korupsi pada Dana Kelurahan. Bahkan jika dilihat dari akar kata korupsi dalam Bahasa Belanda, yaitu korruptie yang berarti perilaku tidak bermoral atau tidak jujur, maka kasus korupsi bisa lebih banyak dari itu.

Menurut Historia, dalam tulisannya yang berjudul “Berebut jadi Tuan Bek”, ketika Jan Pieterszoon Coen membangun Batavia, ia memilih pribumi untuk jabatan rendah wijkmeester, atau orang yang bertugas mengepalai sebuak wijk, sebuah wilayah setingkat kelurahan jika pada saat ini. Model lelang jabatan yang diterapkan oleh Coen, menjadi bahan rebutan oleh puluhan orang, yang tentu saja sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh pemerintah Kolonial Belanda. Seorang wijkmeester yang terpilih biasanya bertugas untuk member layanan administrasi surat meyurat kepada warga, bertanggung jawab terhadap kebersihan dan keamanan lingkungan dan terutama memungut pajak, persis seperti tugas Lurah saat ini. Walau jabatan wijkmeester ini rendah, tapi pemerihtan kolonial Belanda sangat paham bagaimana mengadu domba pribumi dengan sedikit memberikan kewenangan dan memfasilitasi perilaku korup, selama perilaku korup itu bisa melanggengkan kekuasannya pemerintah kolonial. Lelang jabatan wijkmeester  menurut Historia, membuat peminatnya punya nazar macam-macam jika terpilih. Dan ini salah satu model lurah korup jaman pemerihtanan kolonial Belanda.

VOC sebagai kongsi dagang yang disuport oleh pemerintahan Kolonial Belanda, sangat tahu caranya memanfaatkan pejabat-pejabat pribumi terutama yang ditingkat rendah. Dengan menawarkan gaya hidup yang mewah dan kesetaraaan status sosial, VOC memaksa pejabat-pejabat pribumi untuk berlaku korup, dan lebih buruk lagi, berlaku arogan dengan menindas rakyatnya. Clive Day, seperti yang termuat pada jurnal Erlina Winayarti, mencontohkan kasus pemerasan oleh pejabat pribumi yang difasilitasi oleh VOC, yaitu tentang penetapan harga kopi yang diangkut ke Batavia, dimana harga kopi yang ditetapkan oleh VOC dipotong 20% untuk Bupati, 20% untuk lurah, 20% untuk biaya administrasi, dan 20 % untuk ongkos angkutan ke gudang di Batavia. Selain fasilitas  kesempatan yang diberikan oleh VOC, para pejabat pribumi juga difasilitasi dengan pinjaman untuk gaya hidup hedon, sehingga terkadang pejabat pribumi tidak sanggup untuk mengembalikan pinjaman tersebut, dan koruplah menjadi jalan keluarnya.

Tetapi pada akhirnya VOC hancur juga, keruntuhan VOC juga tidak lepas dari perilaku korup para pimpinan dan karyawannya. Sebagai sebuah perusahaan dagang besar, VOC sebenarnya memiliki kode etik dan aturan untuk karyawannya, tetapi dengan omset dan cakupan usaha yang begitu luas, serta personel yang tidak bermutu tinggi, lambat laun VOC mulai menggali kuburnya sendiri. Sampai pada 31 Desember 1799, kongsi dagang yang mungkin salah satu terbesar di dunia inipun bubar. Namun, bubarnya VOC tidak menghapus budaya korup yang mereka tinggalkan, terutama dikalangan pejabat pribumi, dari yang tertinggi sampai lurah, bagian terendah dari perwakilan pemerintah di masyarakat. Presiden Korup memang menyakitkan, tapi lurah korup, lebih menyakitkan karena ia bagian terdekat dari tatanan masyarakat, ia yang sejatinya adalah penghianat kemerdekaan.

My Own Family


Dasar pelupa, Sebenarnya tulisan ini ingin dimulai dengan tanggal pernihakan yang baru berlangsung beberapa bulan yang lalu, tapi ya itu, dasar pelupa, tanggalnya pun tak ingat. Untung nama istri-nya masih ingat, karena setiap hari, beliau hanya dipanggil abun. Yah..akhirnya setelah sekian lama, kami saya  pun menikah.

I have my own family right now, with a cute wife and very small home i started it. at least i already have a place that call HOME, a place that there is always be a someone waiting me for going back, and a place that i can mess up without somebody complaining it.

Actually, Build a family is not scary as i though before, it was fun of course in the beginning. But just like another thing that you have to mix, it was always be a mess for a while until you find out the exact formula to blend it. especially in this case which have two different character. But just believe that finally you will have a good formula for it.

everyone said that this is new, just started in a few month, and family is about a lifetime, it doesn’t have a limited time, maybe in a generation. And there are more obstacle that standing in this way, but at least we already started a human habit, which is to continue a humanity. About obstacle, it is another case, and just like a case, it must has a solution.

may god bless my family

(19/8/2018)