Pengambilan Keputusan Berbasis nilai-nilai kebajikan

Aksi Nyata modul 3.1

Pada aksi nyata modul 3.1. kali ini, saya mengangkat kasus yang terjadi di sekolah saya. Kasusnya adalah sebagai berikut (tentu saya nama yang digunakan adalah nama samaran) :

Nandi, salah seorang siswa kelas X RPL SMK Negeri 1 Kotamobagu mendapat panggilan untuk mengikuti Training Camp untuk tim sepakbola provinsi Sulawesi Utara dalam rangka persiapan kegiatan Pekan Olahraga Nasional Tahun 2024. Kegiatan Training Camp akan dilaksanakan selama 3 minggu di luar daerah, tepatnya di kabupaten talaud yang tidak memungkinkan siswa tersebut untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar secara normal. Pak Heru sebagai kepala program keahlian RPL merasa dilema apakah akan mengijinkan Nandi untuk ikut kegiatan Training Camp atau tidak, karena kegiatan tersebut membutuhkan waktu lama sehingga tidak memungkinkan Nandi memenuhi persyaratan kehadiran pada kriteria ketuntasan belajar, tapi disatu sisi, kegiatan Training Camp tersebut adalah salah satu bentuk optimalisasi kemampuan siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan menurut KHD, yaitu menuntun kodrat anak. Pak Heru mengkonsultasikan hal ini kepada kepala sekolah. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, apa keputusan Kepala Sekolah yang baik untuk siswa tersebut ?

Analisa Kasus :

  1. Paradigma etika yang terjadi adalah Rasa keadilan lawan rasa kasihan dan jangka pendek versus jangka panjang.
  2. Prinsip yang digunakan adalah Berpikir berbasis rasa peduli (care based thinking), berbasis hasil akhir (end based thingking), berbasis aturan (rule based thingking).

9 Langkah Pengambilan Keputusan :

  1. Mengenali bahwa ada nilai – nilai yang bertentangan, dimana dalam hal ini nilai yang bertentangan adalah nilai kasih sayang dan nilai tanggung jawab
  2. Menentukan yang terlibat dalam kasus ini, dimana dalam kasus ini yang terlibat adalah kepala sekolah, Pak Heru sebagai kepala Program Keahlian RPL, guru-guru mata pelajaran, orang tua siswa dan siswa yang bersangkutan

3.  Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan, antara lain :

  1. Siswa tersebut berprestasi dalam bidang olahraga dan dapat mengharumkan nama sekolah.
  2. Salah satu syarat ketuntasan belajar adalah jumlah kehadiran siswa harus diatas 70%
  3. Akan ada mata pelajaran yang tidak akan tuntas jika mengikuti kegiatan Training Camp selama 3 minggu.
  4. Ada lebih dari 10 mata pelajaran yang harus tuntas pada kelas tersebut.

4.  Pengujian Benar atau salah :

  1. Uji legal, dimana secara legal kedua kegiatan itu tidak melanggar peraturan, baik itu kegiatan Training Camp maupun mengikuti aturan kesepakatan akademik tentang batas prasyarat kehadiran pada KBM.
  2. Uji regulasi, dimana secara regulasi jika siswa ketidakhadiran siswa dalam proses KBM lebih dari 30% maka siswa tersebut tidak memenuhi kriteria ketuntasan belajar. Atau jika dipaksakan penuhi kehadiran di atas 70%, murid kehilangan momen pencapaian kompetensi maksimal di event tersebut sehingga bertentangan dengan keberpihakan pada murid dalam merdeka belajar
  3. Uji Intuisi, dimana secara intuisi, siswa dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru pada saat mengikuti Training Camp atau di waktu yang lain dalam 1 fase
  4. Uji halaman depan koran, dimana jika keputusan masing-masing dapat memberikan dampak publikasi yang menarik sebagai promosi bagi sekolah terhadap pendidikan yang berpusat pada murid selebihnya diatur oleh sekolah.
  5. Uji Keputusan Panutan/idola, dimana keputusan yang diambil dapat mencontoh bagaimana perguruan tinggi di Amerika Serikat memberikan beasiswa kepada para calon mahasiswanya. Para calon mahasiswa tidak hanya dapat memperoleh beasiswa berdasarkan kemampuan akademik, tapi juga dapat memperoleh beasiswa dari kemampuan olahraga. Jadi situasi ini dipahami sebagai sesuatu yang harus di support oleh sekolah.

5.  Pengujian paradigma benar atau benar , dimana dalam kasus ini baik keputusan untuk mengizinkan siswa mengikuti Training Camp adalah benar karena itu memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan potensi dirinya, dan juga melarang siswa untuk itu Training Camp adalah tindakan benar, dimana tujuannya siswa tersebut dapat memenuhi kriteria ketuntasan belajar.

6. Prinsip pengambilan keputusan yang digunakan adalah berpikir berbasis rasa peduli dan berpikir berbasis hasil akhir.

7.  Investigasi opsi Trilemma. Pada kasus ini opsi keputusan yang dapat dibuat adalah mengijinkan siswa untuk mengikuti Training Camp dengan resiko ketidakhadiran dalam memenuhi KBM reguler… atau melarang siswa mengikuti Training Camp, sehingga siswa tersebut dapat memenuhi kehadiran pada KBM reguler. Opsi ketiga yang mungkin adalah Tetap mengizinkan siswa mengikuti Training Camp, dan memperbolehkan siswa mengerjakan tugas secara asinkronus.

8.  Buat Keputusan. Dimana keputusan yang dibuat adalah dengan tetap mengizinkan siswa mengikuti Training Camp, dengan catatan siswa tersebut harus dapat menyelesaikan tugas-tugas dari guru mata pelajaran secara asinkronous.

9.  Meninjau ulang keputusan dan merefleksikannya. Dimana setelah ditinjau kembali, menurut kami ini adalah jalan tengah yang baik, dimana siswa tetap dapat mengembangkan potensi dirinya dibidang olah raga dengan mengikuti Training Camp, dan guru mata pelajaran tetap dapat berbuat adil karena kriteria kehadiran pada kegiatan belajar dapat terpenuhi dengan model pembelajaran asinkronous.

Hal menarik yang ditemui saat menganalisa kasus ini antara lain :

  1. Masih banyak guru yang memiliki ego mata pelajaran, dimana siswa dipaksa untuk harus menguasai mata pelajaran yang bersangkutan secara maksimal.
  2. Seharusnya guru dapat lebih kreatif membuat model asesmen kepada siswa yang memiliki kemampuan khusus di bidang lain diluar mata pelajarannya.
  3. Khusus dibidang olahraga, pemerintah seharusnya membangun sekolah-sekolah khusus olahraga, sehingga distribusi mata pelajaran wajib nasional dan mata pelajaran pilihan lebih terkoordinasi dengan baik, tanpa merugikan siswa

About mpang

Arpan Parutang ...that's all..

Posted on Maret 6, 2024, in Umum. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar