Coaching dalam pembelajaran

Coaching sejatinya adalah salah satu bentuk kolaborasi antar guru dalam hubungan yang setara untuk memecahkan masalah dan mengoptimalkan potensi personal dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran yang efektif dan berorientasi pada optimalisasi potensi peserta didik.
Coaching dalam konteks hubungan sesama guru berfungsi untuk :

  1. Meningkatkan profesionalisme guru. Coaching dapat membantu guru untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuannya, sehingga dapat menjadi guru yang lebih profesional. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan umpan balik, dukungan, dan bimbingan kepada guru.
  2. Menciptakan lingkungan kerja yang positif. Coaching dapat membantu guru untuk saling memahami dan bekerja sama dengan lebih baik. Hal ini dapat dilakukan dengan mendorong komunikasi dan kolaborasi antar guru.
  3. Meningkatkan kepuasan kerja guru. Coaching dapat membantu guru untuk merasa lebih puas dengan pekerjaannya. Hal ini dapat dilakukan dengan membantu guru untuk mencapai tujuan profesionalnya dan mengatasi tantangan yang dihadapinya.

Setidaknya ada 3 kompetensi untama seorang coach dalam proses coaching yaitu :

  1. Hadir secara utuh
  2. Mendengarkan dengan aktif
  3. Mengajukan pertanyaan berbobot

Proses coaching sendiri dapat dilakukan dalam beberapa model, diantaranya alur Tirta, dimana percakapan antara coach dan coachee dilakukan dengan proses menjelaskan tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi dan Tanggung jawab. Selain itu untuk bisa menghasilkan pertanyaan-pertanyaan berbobot, salah satu metode yang digunakan adalah dengan RASA, yang merupakan akronim dari Appreciate atau mengapresiasi, Summarize atau merangkum, Ask atau bertanya. Pertanyaan-pertanyaan yang dihasilkan dari metode RASA ini dapat digolongkan kepada pertanyaan-pertanyaan berbobot.
Sebagai seorang guru, saya otomatis juga harus menjadi coach buat siswa, karana tujuan pembelajaran itu seharusnya mengoptimalkan potensi atau kodrat dari siswa. Dan jika hal ini dihubungkan dengan pembelajaran berdiferensiasi atau kompetensi sosial emosional, maka saat erat kaitannya. Karena fungsi seharusnya kegiatan coaching memang adalah untuk memunculkan potensi peserta didik, dan kegiatan coaching ini harus dilakukan secara diferensiasi serta memiliki kompetensi sosial emosional yang baik.
Sebagai sorang guru dan pemimpin pembelajaran didalam kelas, sudah selayaknya ketrampilan coaching ini dimiliki, karena sekali lagi, tujuan pendidikan itu adalah menngoptimalkan potensi siswa dan coaching adalah salat satu prosesnya.

About mpang

Arpan Parutang ...that's all..

Posted on Desember 4, 2023, in Umum. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar