HARI-HARI OMONG KOSONG

(Tulisan Seri Kemerdekaan oleh Arpan Parutang)

Setelah memperoleh 74,51 % suara pada pemilu 29 Mei 1997, Golkar yang kala itu belum menjadi partai politik dengan Ketua Umum Sipil pertama dan paling eksentrik kembali meminta Soeharto untuk menjadi presiden pada periode berikut. 20 Oktober 1997, pada momen peringatan hari ulang tahun Golkar, Ketua Umum eksentrik tersebut menyampaikan pidato panjang lebar untuk meyakinkan Soeharto agar maju kembali menjadi Presiden Republik Indonesia, dan selanjutnya, pasti semua generansi baby boomers, Generasi X, dan generasi milenial yang hanya menikmati TVRI sebagai penyedia jasa layanan siaran televisi, telah dapat menduga apa yang akan dilakukan oleh buzzer paling efisien, efektif dan stylish tersebut lakukan.

Kegiatan Safari Ramadan, Kelompencapir (kelompok pendengan, pembaca, dan pemirsa), sambung rasa, serta  temu kader  yang merupakan ide orisinil dari Mentri Penerangan 3 periode ini segera dilakukan untuk meyakinkan Soeharto bahwa usulan presiden periode ke-7 itu adalah murni keinginan sebagian besar rakyat.  “Bapak Soeharto masih pantas memimpin negara ini dan rakyat mengharapkan Bapak Soeharto untuk bersedia menjadi presiden berikutnya”, kata beliau saat bertemu Presiden Soeharto jelang pemilihan presiden 1998. Konon kabarnya Presiden Soeharto semula tidak ingin mencalonkan lagi sebagai presiden periode ke-7. Dalam beberapa kesempatan ber-sambung rasa dengan masyarakat, Soeharto selalu meminta pembantunya untuk menyelidi apakah rakyat masih menginginkan dirinya menjadi presiden lagi atau tidak. Dan akhir cerita, seperti yang sudah tertulis dalam takdir, usaha Ketum Golkar itu pun berhasil.

Sebagai ketua DPR/MPR pada 11 Maret 1998, beliau menetapkan Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia periode 1998 – 2003, dengan palu yang patah pada saat diketuk dan patahan kepala palu terlempar ke meja jajaran depan anggota DPR/MPR dimana Siti Hardianti Rukmana, Putri Soeharto, duduk. Ironinya, 70 hari berikut, Soeharto menyatakan mundur dari jabatan Presiden, salah satunya karena desakan dari Ketua Umum Golkar yang getol memintanya untuk maju mencalonkan diri lagi. Hampir mirip saat Amin Rais membujuk Gusdur untuk jadi presiden dengan poros tengahnya, tapi kemudian menjadi motor penggerak pelengseran Gusdur pada 2001. Dalam politik, benar-benar tidak ada kawan dan lawan abadi. Jubir klimis, Mentri Penerangan 3 periode, Mentri Urusan Khusus dan Ketua Umum Golkar sipil pertama tersebut bernama Harmoko.

Jika kata buzzer sudah populer pada  periode 70-an, maka Harmoko adalah buzzer terkeren yang dimiliki pemerintah. Dengan tatanan kata yang jelas, detail, menarik, dan eksentrik, Harmoko berhasil memoles citra pemerintahan Soeharto menjadi sesuatu yang sangat positif pada saat itu. Ide Kelompencapir, dimana Soeharto berbicara tentang pertanian dan kemasyarakat secara detail dengan angka dan data yang entah akurat atau dibuat-buat, adalah salah satu yang paling keren pada masanya. Harmoko biasanya memulai penjelasan dengan “atas petunjuk bapak presiden….”, untuk menyampaikan informasi  pemerintahan secara sangat detail.

Sebagai seorang mentri, beliau bahkan hapal berapa harga Kol Gepeng, Cabe Rawit Hijau, Cabe Merah dan lain-lain setiap harinya.  Dalam kurang lebih  14 tahun berkedudukan sebagai mentri penerangan, Harmoko sangat efisien dan efektif menjadi juru bicara pemerintah. Kemampuan menyatakan semua terkendali, aman dan lancar dengan bahasa yang fasih, detail dan sadar kamera, telah mengantarkan Harmoko menjadi Ketua Umum Golkar non  militer pertama dan berhasil membawa golkar menjadi pemenang pemilu terkahir kalinya.

Sebagai seorang yang fleksibel dan luwes, Harmoko tahu, ada banyak pihak yang meragukan informasi lipstick yang ia berikan. Banyak pihak yang memelintir namanya menjadi hari-hari omong kosong, tapi buat Harmoko itu bukan masalah. “Bisa saja hari-hari omong koperasi, hari-hari omong komunikasi, nggak ada beban buat saya,” ujarnya terkekeh, seperti pada berita yang dimuat oleh kumparan.com tanggal 19 Mei 2017. Beliau tetap santai menanggapi kritik padanya, yang penting tetap “menurut petunjuk bapak presiden..”.

Sebagai bagian dari sedikit orang non militer yang berada pada lingkar satu pemerintahan Soeharto yang militeristik, Harmoko adalah fenomena menarik bagaimana kefasihan berbicara dan ketrampilan memutarbalikkan fakta untuk memoles citra pemerintah adalah salah satu ketrampilan yang sangat berharga. Kelihaian Harmoko membaca situasi dan menyesuai dengan kondisi membuatnya tidak jatuh bersama dengan pemerintahan Soeharto. Konon kabarnya, selain Habiebie, Harmoko-lah orang yang dianggap penghianat oleh keluarga cendana, karena beliau yang menjebak Soeharto untuk mencalonkan diri lagi menjadi presiden atas nama rakyat, tapi beliau juga yang meminta Soeharto untuk mundur atas nama rakyat. Entah rakyat yang mana, tapi dengan mengatas namankan rakyat, Harmoko berhasil mencapai karir gemilang pada masa orba dan selamat dari gugatan hukum pada masa reformasi. Licin, lincah dan oportunis. Apakah ini terdengar familiar ? mungkin ia, karena ada banyak orang yang tidak bernama Harmoko, tapi demi jabatan, karir dan popularitas rela untuk omong kosong tiap hari.

About mpang

Arpan Parutang ...that's all..

Posted on Agustus 13, 2022, in Umum. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar